MAJT SEMARANG - pada acara Penutupan Pesantren Ramadan Pelajar Nasional Ke 3 di MAJT, dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah (Wagub Jateng), Taj Yasin Maimoen, Ketua MUI Jateng, Dr KH Ahmad Darodji MSi, Sekretaris PP MAJT, Drs KH Muhyiddin, Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kemenag, M. Munir, Ketua DPW AGPAII Jateng, Dr Hery Nugroho, Sekretaris Baznas Jateng, Drs Ahyani.
Pada penutupan Pesantren Ramadan Pelajar Nasional Ke 3 di MAJT, dalam sambutanya Wakil Gubernur Jawa Tengah (Wagub Jateng), Taj Yasin Maimoen kepada peserta Pesantren Ramadan Pelajar Nasional (PRPN) ke-3, di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang.
Taj Yasin Maimoen mengajak organisasi kerohanian Islam (rohis) untuk ikut andil dalam pendidikan akhlak, kesehatan mental, dan cinta tanah air di sekolah. Termasuk memberi motivasi kepada siswa dalam menghadapi permasalahan di sekolah.
“Organisasi rohis ini harus kita ajak kerja sama untuk menumbuhkan nilai-nilai NKRI, Pancasila, kebersamaan. Kami juga akan mengajak kolaborasi menangani permasalahan-permasalahan siswa di sekolah,” katanya saat memberikan arahan dalam penutupan PRPN ke-3, di MAJT Jalan Gajah Rata, Semarang, Rabu 5 Maret 2025.
Taj Yasin menuturkan, pendidikan akhlak perlu menjadi perhatian bersama. Pemprov Jateng juga manaruh perhatian khusus tentang kesehatan mental dan kekerasan yang terjadi di pesantren, sekolah, bahkan tempat kerja.
Sebab, Ia mencontohkan, perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah bisa berdampak pada trauma, depresi, bahkan hingga tidak mau sekolah. Masalah di sekolah lain yang perlu jadi perhatian adalah kesalahpahaman antara guru dengan orangtua, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, serta siswa dengan orangtua.
Selain masalah kemiskinan, menurut pria yang akrab disapa Gus Yasin ini, masalah-masalah tersebut juga menjadi salah satu faktor putus sekolah. Oleh karenanya, lanjut Taj Yasin, para rohis ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada teman-temannya agar jangan sampai ada yang putus sekolah. Sebab, rohis di Jawa Tengah sejuah ini sudah dilakukan pembinaan dengan baik.
Pada gelaran ketiga ini, tercatat baru 11 provinsi yang ikut serta dengan total 250 peserta. Terdiri atas peserta santri PRPN, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) perwakilan 11 Provinsi se-Indonesia, kelompok kerja pengawas PAI se-Jateng, serta pengurus kerohanian islam (Rohis) perwakilan 11 provinsi se-Indonesia. Acara ini juga diikuti secara daring oleh peserta lainnya.
Sementara itu Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Darodji MSi menyampaikan terima kasih kepada AGPAII Jateng yang telah mengkoordinasi kegiatan PRPN 2025 di MAJT ini. Diharapkan kegiatan semacam ini menjadi kegiatan nasional yang digelar secara rutin, dan masing-masing provinsi bisa menggelar PRPN seperti di MAJT
''Kegiatan PRPN di MAJT ini menjadi tonggak sejarah, sehingga bisa dilanjutkan sebagai agenda rutin di tahun mendatang, sehingga para siswa ini diharapkan bisa belajar tetapi tidak jauh dari santri,'' ujar KH Darodji.
Agenda Tahunan Nasional
Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Kemenag, M. Munir, menyatakan bahwa PRPN tidak hanya sekadar program pembinaan keagamaan, tetapi juga bagian dari strategi memperkuat karakter keislaman generasi muda. "PRPN ini bukan sekadar kegiatan keagamaan, tetapi juga bagian dari strategi membangun generasi muda yang berakhlak dan berwawasan keislaman di tengah tantangan zaman. Kami akan terus mengembangkan program ini agar tahun depan bisa menjangkau seluruh provinsi di Indonesia," ujar Munir pada sambutan penutupan PRPN 2025 ke-3.
Menurutnya, tantangan besar yang dihadapi pelajar di sekolah umum adalah minimnya alokasi jam pelajaran agama, yang hanya sekitar tiga jam per minggu. PRPN hadir sebagai solusi untuk memberikan pengalaman pembelajaran agama yang lebih mendalam, termasuk melalui praktik ibadah seperti manasik haji.
Keberhasilan PRPN ke-3 menjadi pijakan untuk menjadikan program ini sebagai gerakan nasional yang berkelanjutan. Munir menegaskan bahwa Kemenag akan terus mendorong agar PRPN dapat memberikan manfaat lebih luas bagi generasi muda di seluruh Indonesia.
"Kami ingin PRPN tahun depan bisa diikuti peserta dari seluruh provinsi. Ini bukan sekadar agenda tahunan, tetapi sebuah gerakan nasional untuk memperkuat karakter keislaman generasi muda," tuturnya.