MAJT SEMARANG, - Ribuan jamaah laki dan perempuan dari kota Semarang dan luar kota semarang mengikuti sholat Iduliftri 1446 Hijriah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dengan tertib, Senin 31 Maret 2025.
Sebagian jemaah ada yang melaksanakan sholat Idulfitri di dalam ruang utama sholat masjid, serta lainnya di plaza pelataran luar dengan menggelar sajadah sebagai alas sholat sambil menikmati dibukanya 6 buah payung raksasa.
Yang bertindak Sebagai imam sholat Idulfitri, adalah KH Ulil Abshor Alhafidz, sedangkan yang bertindak sebagai khatib adalah Rektor Universita Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Prof H. Nizar Ali M.Ag.
Dalam mimbar Idul Fitri Nizar Ali menyampaikan, “Pagi hari ini, kita telah membuka babak baru dalam sejarah perjalanan manusia yang di mulai sejak hari ini, yakni sejak hari Idul fitri, yang merupakan hari kemenangan bagi muslim-mukmin sejati dengan tampilan perilaku baru yang berkualitas dan bertumpu pada sendi-sendi al-akhlak al-karimah,” kata Nizar dalam khotbahnya dengan tema Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Hari raya Idulfitri, kata Nizar Ali, sesungguhnya merupakan momentum yang sangat strategis untuk melakukan refleksi diri (muhasabah), apakah selama ini kita sudah berusaha untuk mensucikan diri kita ? Ataukah justru selama ini kita tenggelam dalam kubangan dosa ?
Menurut rektor UIN Walisingo, jika benar-benar ingin kembali ke fitri (menjadi suci), maka paling tidak ada tiga hal yang harus kita sucikan,
Pertama, tazkiyatul aqidah (membersihkan keyakinan kita dari hal-hal yang merusak akidah), hanya percaya kepada Allah dzat yang maha besar, maha kuasa, dan dzat maha mengetahui segalannya.
Kedua, tazkiyatul qalb (mensucikan hati), dengan menghilangkan penyakit-penyakit hati atau amradh al-qulub seperti sifat irihati, dengki, dendam-kesumat, hujat-menghujat, memfitnah, marah, caci-maki, dan bermusuhan.
“Ketiga, tazkiyatul mal (menyucikan harta), melalui zakat, infak, dan shadaqah kepada fakir-miskin dan orang-orang yang berhak sebagaimana disebut dalam alquran,” ujarnya.
Momentum Idul Fitri ini, ujar Nizar Ali juga sangat penting untuk membangun kebersamaan dengan memperkuat dan mempererat tali persaudaraan, baik persaudaraan umat Islam (Ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan se-bangsa dan setanah air (Ukhuwwah wathaniyyah), dan persaudaran umat manusia apapun latar belakangnya (ukhuwwah insaniyyah),” ujar Nizar Ali.
Momentum Idul Fitri ini, ujar Nizar Ali juga sangat penting untuk membangun kebersamaan dengan memperkuat dan mempererat tali persaudaraan, baik persaudaraan umat Islam (Ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan se-bangsa dan setanah air (Ukhuwwah wathaniyyah), dan persaudaran umat manusia apapun latar belakangnya (ukhuwwah insaniyyah),” ujar Nizar Ali.
Ada pemandangan menarik seusai sholat Idul Fitri di MAJT, karena sejumlah tokoh lintas agama dari Khatolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu mendatangi para jemaah untuk menyampikan ucapan selama Idulfitri.
“Kami bersama uskup agung Semarang dan beberapa anggota Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKAUB) mengucapkan selamat Idul Fitri. Bapak dan ibu yang merayakan medapatkan hati yang damai, sehat, dan kesejahteraan,” ujar Romo FX Sugiyana dari Keuskupan Agung Semarang, yang mengaku sudah ketiga kali hadir di MAJT.
Para tokoh lintas agama ini kemudian diterima dan dijamu makan pagi oleh Ketua PP MAJT Prof KH Noor Achmad dan jajaran pengurus di aula sekretariat MAJT .
“Mengucapkan terima kasih kepada para romo, pendeta, dan pimpinan agama lain, serta tokoh FKUB. Ini menunjukkan di Jawa Tengah, semua tokoh agama adalah satu,” kata Noor Achmad.
Kedatangan tokoh lintas , kata Noor Achmad menunjukkan tak ada sekat antara agama satu dengan yang lain. Kesatuan ini menjadi suatu kekuatan untuk membawa kedamaian.
“Berharap kedamaian dan moderasi semacam ini akan menjadi contoh bagi semua umat yang di mana saja sehingga menjadikan Jawa Tengah khususnya, dan Indonesia serta dunia umumnya akan terus damai,” harapnya.
Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko dalam kesempatan sama menyatakan, kunjungan ini untuk mengungkapkan kedekatan dengan saudara muslim yang merayakan Idulfitri.
“Dari waktu ke waktu saya merasakan kedekatan itu, maka ini menjadi modal yang besar sekali untuk wewujudkan negara Indonesia yang diwarnai kebhinekaan, namun tetap satu dalam hati, persaudaraan, dan kekeluargaan,” ujarnya.
Ia berharap kemenangan yang diperoleh umat muslim dalam Idulfitri bisa mewarnai dan menginsiprasi umat agama lain di Indonesia untuk sama-sama mewujdukan kedaimaian, persatuan, dan kekeluargaan.
“Semoga dengn kebersamaan ini cita-cita pendiri bangsa Indonesia bisa terwujud,” kata Uskup Agung.