Studi Banding Majlis Agama Islam Melaka (MAIM) Malaysia ke MAJT

Studi Banding Majlis Agama Islam Melaka (MAIM) Malaysia ke MAJT

Category : Artikel

Studi Banding Majlis Agama Islam Melaka (MAIM) Malaysia ke MAJT

SEMARANG – Rombongan Majelis Agama Islam Melaka (MAIM) yang dipimpinan Tuan Haji Musa bin Mohd yang merupakan Pegawai Tugas-Tugas Khas Majlis Agama Islam Melaka, melakukan studi banding ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jumat (1/11).
”Ada masjid yang dikagumi. Ada sekolahnya dan ada juga TPQ. Sehingga tidak sekadar rumah ibadah. Pengelolaan masjid seperti ini akan dipraktikkan di Malaysia. Supaya Islam menjadi agama keniscayaan,” ujar Tuan Haji Musa bin Mohd.
Dia mengatakan, di Malaysia hampir semua masjid pengeloaannya dibiayai kerajaan. Bahkan untuk mendirikan masjid harus melalui izin pemerintah. Sedangkan di Indonesia, lanjut dia, uang infaq mampu digunakan untuk pengeloaan masjid dan biaya mengurus masjid.
”Kami tertarik dengan pengelolaan MAJT, menjadi perekat umat dan bisa menghasilkan pemasukan untuk memakmurkan masjid. Maka studi banding MAIM tersebut ingin belajar bagaimana operasional masjid di Indonesia bisa eksis, dan bagaimana bisa menarik minat masyarakat untuk berinfaq,” katanya.
Kunjungan delegasi dari Malaysia tersebut diterima Sekretaris DPP MAJT, Drs KH Muhyiddin MAg dan sejumlah pengurus MAJT. KH Muhyiddin memberikan pengalaman dalam mengurusi MAJT kepada delegasi dari Malaysia, mulai dari pengelolaan hingga bisnis yang dikelola untuk memakmurkan masjid kebanggaan warga Jateng ini.
KH Muhyiddin memaparkan, MAJT berdi di atas tanah 10 hektare, mulai dibangun 6 Juni 2001 yang diprakarsai Gubernur Jawa Tengah H Mardiyanto.
Dalam perkembangan selanjutnya, MAJT terus berupaya mengembangkan bisnis untuk menghidupi dan biaya operasional agar masjid tetap makmur. ”MAJT mengembangkan bisnis, mulai dari sewa hall, menyewakan lahan untuk 55 pertokoan, dan akan mendirikan rumah sakit,” ungkap KH Muhyiddin.
Atas paparan KH Muhyiddin, rombongan MAIM sangat tertarik. Bahkan studi banding ke MAJT tersebut akan dijadikan rujukan untuk dikembangkan di Malaysia agar masjid bisa makmur secara mandiri tanpa menggantungkan dana dari kerajaan.
Tn Haji Musa bin Mohd mengungkapkan, tujuan ke Indonesia karena ingin mengetahui pengelolaan masjid. Selain itu banyak sekali kegiatan-kegiatan positif di luar ibadah yang diadakan di masjid-masjid di Indonesia.
“Indonesia sangat istimewa karena banyak masjid yang tidak dibiayai oleh pemerintah, bahkan didirikan oleh masyarakat,” ujar Musa.
Musa juga mengemukakan kekagumannya karena banyak kegiatan pendidikan di masjid-masjid di Indonesia. “Kami ingin pelajari bagaimana masjid bisa menjadi lembaga pendidikan, dan ada masjid yang punya sekolah,” ujar Musa.


Log out of this account

Leave a Reply

Radio DAIS